Rabu, 25 Januari 2012



 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANGAN
Ikan kerapu merupakan komoditas eksport yang bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia terutama Hongkong dan Singapura. Produksi ikan kerapu saat ini sebagian besar merupakan hasil dari penangkapan dari alam . Cara penangkapan ikan kerapu kadang-kadang menggunakan racun potassium sianida yang dapat merusak karang dan biota di sekitarnya. Beberapa jenis ikan kerapu (Epinephelus spp) telah diujicobakan pembesarannya di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Hongkong  mulai tahun 1979 (Sugama, et al., 1986), namun karena keterbatasaan benih sehingga budidaya ikan tersebut sulit berkembang.
Usaha penyediaan benih ikan kerapu mulai diteliti beberapa tahun yang lalu antara lain pada kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina) (Chen, et al., 1977), E. akaara (Tseng dan Ho, 1988), kerapu macan E. fuscoguttatus (Mayunar et al., 1991; Slamet, 1993), kerapu bebek Cromileptes altivelis (Slamet et al., 1996).       Di Indonesia kerapu macan mulai dapat dipijahkan tahun 1987, kerapu bebek mulai tahun 1997, keberhasilan pemijahan ikan tersebut mulai dicapai tahun 1998.
Perairan Indonesia memiliki lahan pantai yang potensial seluas 3.385 ha untuk budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung (Anonimous, 1988). Perairan Indonesia memiliki berbagai jenis ikan kerapu dengan nilai ekonomis tinggi, di antaranya jenis kerapu lumpur (Epinephelus suilus, E. malabaricus), kerapu macan (E. fuscoguttatus), kerapu batu (E. fasciatus), kerapu merah (Chephalopolis sp.), kerapu sunuk (Plectropoma spp.), dan kerapu tikus (Cromileptes altivelis).  Letak geografis Indonesia sangat menguntungkan untuk agribisnis kerapu karena berada pada lintas perdagangan ikan hidup (Singapura-Hongkong) maupun ikan segar (Singapura-Hongkong-Jepang).  Sebagai bagian dari perairan tropis, Indonesia kaya akan jenis ikan dan beberapa di antaranya merupakan golongan ikan rucah dengan nilai ekonomis rendah sehingga dapat dieksploitasi untuk sumber pakan alami bagi pengembangan budidaya ikan laut. Dalam makalah ini akan dibahas dua jenis ikan kerapu yaitu kerapu bebek (Cromileptes altivelis) dan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus).  Kedua jenis ikan ini mempunyai nilai ekonomis yang paling tinggi dan pembenihannya sudah berkembang.

1.2. TUJUAN
Tujuan pembuwatan makah ini antara lainnya adalah sebagai berikut ini:
·         Agar mahasiswa dapat mengetahui teknik perewatan larva ikan kerapu.
·         Agar mahasiswa dapat mengtahui tentang biologi ikan kerapu
·         Agar mahasiswa dapat mengetahui hambatan atau permasalahan dalam manajemen pembenihan ikan kerapu macan , serta mengetahui cara mengatasi hambatan atau permasalahan yang terjadi
·         Sebagai pemenuhan syarat pemenuhan nilai pada mata kulia yang terkait.
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Kerapu Macan(Epinephelus fuscoguttatus)
2.1.1. Klasifikasi Ikan Kerapu Macan(Epinephelus fuscoguttatus)
Menurut Myers, et.al, (2005), menjelaskan bahwa kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus) diklasifikasikan sebagai berikut :


Gambar 2.1. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Phylum            : Chordata,
Sub phylum     : Vertebrata,
Class                : Osteichtyes, 
Sub class         : Actinopterigi,
Ordo                 : Percomorphi,
Sub ordo       :Percoidea,
Family         : Serranidae,
Sub family : Epinephelinae,
Genus          :Epinephelus /Cromileptes / Variola/ Plectropomus,
Spesies   :(Epinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus) atau sering jugadisebut Groouper dipasarkan dalam keadaan hidup. Golongan ikan kerapuyang paling banyak adalah golongan Epinepelus sp, namun yang paling banyak di kenal di budidayakan adalah jenis kerapu Lumpur (Epinephelus suillus) dan kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus).
GolonganEpinephelus memiliki tubuh yang lebih tinggi dari kerapu Lumpur (Epinephelus suillus), dengan bintik-bintik yang rapat dan berwarna gelap,sirip ikan kerapu macan berwarna kemerahan, sedangkan bagian sirip yanglain berwarna coklat kemerahan Sunyoto Dan Mustahal (2000).


2.1.2. Morfologi Ikan Kerapu Macan(Epinephelus fuscoguttatus)
Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai bentuk badanyang pipih memanjang dan agak membulat (Direktorat Jendral SudirmanPerikanan Deperteman Pertanian, 1979). Mulut lebar dan di dalamnyaterdapat gigi kecil yang runcing (Kordi, 2001). Direktorat Jendral PerikananDepertemen Pertanian (1979), menjelaskan bahwa rahan bawah dan atasdilengkapi dengan gigi yang berderet 2 baris lancip dan kuat.

Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai jari-jari sirip yang keras pada sirip punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip perut 1 buah. Jari-jari sirip yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16 buah,sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan sirip perut 5 buah.
Kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus) memiliki warna seperti sawo matang dengantubuh bagian verikal agak putih. Pada permukaan tubuh terdapat 4-6 pitavertical berwarna gelap serta terdapat noda berwarna merah seperti warnasawo (Kordi 2001).

2.1.3. Habitat dan Penyebaran
Menurut Heamstra dan ramdall (1993, cit. Anonim 2001), ikan kerapumacan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan kelompok yang hidup didasar perairan berbatu dengan kedalaman 60 meter dan daerah dangkal yang mengandung koral. Selama siklus hidupnya memiliki habitat yang berbeda- beda pada setiap fasenya, ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mampu hidup di daerah dengan kedalaman 0.5-3 meter pada area padanglamun, selanjutnya menginjak dewasa akan berpinda ke tempat yang lebihdalam lagi, dan perpindahan ikan berlansung pada pagi hari atau menjalansenja (Anonim, 2001).
Menurut Tampu Bolon dan Mulyadi (1989) cit.Anonim (2001) menjelaskanbahwa telur dan larva ikan kerapu macan
bersifat pelagis sedangkan ikan kerapu muda hingga dewasa bersifatdomersal. ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat nokturnal, dimana pada siang hari lebih banyak bersembunyi pada liang-liang karangdan akan beraktifitas pada malam hari unuk mencari makanan.Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) tersebar merata darilaut pasifik hingga ke laut merah tetapi lebih dikenal berasal dari teluk persi,Hawai, atau Pholynesia. Ikan kerapu macan terdapat hampir semua perairan pulau tropis Hindia dan samudra pasifik barat dari pantai timur Afrikasampai dengan Mozambika, selain itu juga ditemukan di Madagakar Dll

2.1.4. Cara Makan dan Jenis Makanan
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscogutttus) merupakan hewankarnifora yang memansa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan,sedangkan larva merupakan memansa larva moluska. ikan kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus)
bersifat karnifora dan cenderungmenangkap/memansa yang aktif bergerak di dalam kolam air (Nybakken,1988 Cit. Anonim, 2001), ikan kerapu macan juga bersifat kanibal.Biasanya mulai terjadi saat larfa kerapu berumur 30 hari, dimana pada saatitu larva cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi.Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mencari makan hinggamenyergap mangsa dari tempat persembunyiannya (Anonim, 1991 cit.Anonim,2001). dengan cara makannya dengan memakang satu per satumakanan yang diberikan sebelum makan tersebut sampai ke dasar (Anonim,1996 ).
 
2.1.5. Siklus Reproduksi dan Perkembangan
GonadIkan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat HermaproditProtogini, yaitu perubahan kelamin dari betina dan menjelang dewasa akan berubah menjadi jantan Sunyoto dan Mustahal (2000). ikan kerapu mulaisuklus reproduksinya sebagai ikan betina, kemudian akan berubah menjadiikan jantan yang berfungsi masa interseks dan masa terakhir masa jantan(Afenddy, 1997). Ketika ikan kerapu masih muda (juvenile), gonadnyamempunyai daerah ovarium dan daerah testis. Jaringan ovari kemudianmengisih sebagian gonad dan setelah jaringan ovari berfungsi mampumenhasilkan telur, Kemudian akan terjadi transisi di mana testisnya akanmembesar dan ovarinya mengurut.
Ikan kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus) yang sudah tua umumnya ovarium sudah teroduksi sekalisehingga sebagian besar dari gonad terisi oleh jaringan lain. Fase produksi pada induk betina di capai pada panjang tubuh antara 45-50 cm dengan berat 3-10 kg dan umur kurang lebih 5 tahun, selanjutnya menjadi jantanyang matang gonad pada ukuran minimal 74 cm dengan berat kurang lebih11 kg.

2.1.6. Hama dan Penyakit
1.      Hama
Menurut Kordi, (2002) mengatakan bahwa hama merupakanorganisme yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan budidaya didalam kolam.hama pada budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) ada 3 macam yaitu : predator dan kompotitor.
2.      Penyakit
Penyakit yang sering di menyerang ikan kerapu ada dua macamyaitu penyakit infeksi adalah penyakit yang dapat mengingfeksi ikankerapu yaitu berupa jamur, bakteri maupun virus. Sedangkan yang kedua yaitu penyakit non infeksi adalah penyakit pada ikan kerapuyang di sebabkan oleh tidak sesuaiannya media pemeliharaan ikankerapu yang ada di tambak dengan kondisi aslinya di alam sehinggamenyabakan iksnkerapu tersebut dapat

2.2. Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)
2.2.1. Klasifikasi Ikan Kerapu Bebek  (Cromileptes altivelis )
Gambar 1.  Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)

Menurut akbar (2009), Ikan kerapu bebek adalah jenis ikan karang yang hanya hidup dan tumbuh cepat di daerah tropis, Ciri khasnya terletak pada bentuk moncong yang menyerupai bebek sehingga disebut kerapu bebek.
Adapun klasifikasi adalah sebagai berikut :

Phyllum                       :  Chordata
Subphylum                  :  Vertebrata
Class                            :  Osteichyes
Subclass                      :  Actinopterigi
Ordo                            :  Percomorphi
Subordo                      :  Percoidea
Family                         :  Serranidae
Subfamili                     :  Epinephihelinae
Genus                          :  Cromileptes
Spesies                        :  Cromileptes altivelis

Menurut akbar (2002)menyebutkan bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk cembung (Concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari panjang spesifik sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan ini tidak mempunyai gigi canine (gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang hidung hidung besar berbentuk bulan sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada kerapu bebek muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit.

2.2.2. Penyebaran dan Habitat
Ikan kerapu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut Merah, tetapi lebih terkenal dari teluk Persi, Hawai, atau Polinesia dan hampir seluruh perairan pulau tropis Hindia dan Samudera Pasifik Barat dari Pantai Timur Afrika sampai dengan Mozambika. Di Indonesia ikan kerapu bebek banyak didapati di daerah perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru dan A            mbon dengan salah satu indikator adanya kerapu di daerah berkarang . Kerapu berkembang baik pada terumbu karang hidup maupun mati atau perairan karang berdebu dan tide pools .Dalam siklus hidup, kerapu bebek muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 3-5 m dan kerapu dewasa hidup pada kedalaman 40 – 60 m .Parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada kisaran suhu 24 – 31°C, salinitas antara 30 – 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8,0 .(Departemen pertanian, Direktorat jenderal perikanan 1999)
Effendi, 2002 menyampaikan bahwa ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. mengatakan fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu bebek sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan umur ikan, indeks matang kelamin dan ukuran tubuh.  Induk kerapu bebek yang ditangkap di alam memiliki ukuran kecil dan pada umumnya berjenis kelamin betina.  Induk ikan akan mengalami pematangan kelamin sepanjang tahun.

2.2.3. Siklus Reproduksi
Kerapu bebek bersifat hermaprodit protogini, yaitu pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah menjadi jantan apabila tumbuh menjadi lebih besar  atau bertambah tua umurnya, fenomena ini berkaitan erat dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin, dan ukuran. Kerapu matang gonad pada ukuran panjang 38 cm .Umumnya kerapu bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah akan bergerombol musim pemijahan ikan kerapu terjadi pada Bulan Juni – September dan Nopember – Februari terutama pada perairan kepulauan Riau, Karimun, Jawa dan Irian Jaya. Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu menempati struktur tropik teratas dalam piramida rantai makanan salah satu sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat kanibal tapi pada kerapu bebek sifat kanibalis tidak seburuk pada kerapu macan dan kerapu lumpur.( Tampubulon dan Mulyadi, 1989)
Ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. (Effendi, 2002)











BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi, sistem pemeliharaan,  kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih kerapu di hatchery skala rumah tangga dan pendederan kerapu di Bali.  Pengamatan dilakukan terhadap 2 jenis kerapu kerapu yaitu kerapu bebek dan kerapu macan. Kedua jenis ini mempunyai nilai ekonomis yang paling tinggi. Methoda pengamatan dengan melakukan monitoring seminggu sekali terhadap sistem pemeliharaan, perkembangan dan kelangsungan hidup benih, volume produsi, mortalitas dan penyakit. Lama pengamatan 2 tahun yaitu dari tahun 2001 sampai 2002.






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1.Managemen Pemeliharaan Larva
Hasil pengamatan sistem manajemen pemeliharaan larva ikan kerapu pada 52 hatchery skala rumah tangga di Bali Utara, secara umum digolongkan menjadi 2 sistem :
1.      Sistem pemberian pakan hanya dengan pakan hidup (pakan alami)  yang disebut sistem 1 (Gambar 2).
2.      Sistem pemberian pakan dengan kombinasi pakan hidup (pakan alami) dan   buatan (mikro pellet) yang disebut sistem 2 (Gambar 2).
Pada pemeliharaan larva kerapu bebek biasanya banyak menggunakan sistem (1), sedangkan pada kerapu macan lebih banyak menggukanan sistem (2). Hal ini disebabkan larva kerapu macan mempunyai sifat kanibalisme yang lebih kuat dibanding kerapu bebek. Sistem (2)  dapat menekan kanibalisme kerapu macan. Dari hal tersebut, petani lebih tertarik melihara larva kerapu bebek dibanding kerapu macan disamping sistem (2) memerlukan kerja yang ekstra keras dan biaya tinggi untuk penyediaan udang jembret sebagai pakan. Karena keterbatasan produksi telur kerapu bebek dan harganya lebih mahal (Rp 2,5/ butir) dan mudahnya untuk membeli telur kerapu macan  dan lebih murah (Rp 1,0/ butir) maka petani  memilih memelihara larva kerapu macan walaupun harus bekerja ekstra keras.

Pakan
dan
pergantian air
Umur larva (hari setelah menetas)
0          3   6    9   12    15    18   21   24    27   30  33   36   39   42  45   48   51   54   


Nanno
chloropsis

Rotifer
Artemia
Copepoda
Jembret
Daging ikan yang digiling

Pergantian air


          ==============


            =============================
                                       ==============================
                                                =============================
                                                                             ========================
                                                                                                             ==========


          0%            10-20%    25-30%              35-40%                    45-100%
      ========  ======= =========  ============ ==================
Gambar 1. Skema pemberian pakan  dan pergantian air pada pemeliharaan larva kerapu pada system dengan pakan alami.


Pakan
dan
pergantian air
Hari setelah menetas
0          3   6    9   12    15    18   21   24    27   30  33   36   39   42  45   48   51   54   
Nanno
chloropsis

Rotifer
Artemia

Mikro pellet

Pergantian air

 
        ==============

            =============================
                                                         =======================

                                         140-410 um (LL2)        315-580 (LL3)   479-800 (LL4)
                                         ================  ========== =============
   
                 10-20%   20-80%           100-300%       300-400%         400-500%
                     ====== ========== ========== =========== ===========                                                                                                            
Gambar 2. Skema pemberian pakan dan pergantian air pada pemeliharaan larva kerapu pada system dengan campuran pakan alami dan buatan (mikro pellet).
Keterangan :   LL2 = Love Larva no. 2 (buatan jepang) (diameter 0,20-0,31 mm)
                        LL3 = Love Larva no. 3 (buatan jepang) (diameter 0,31-0,48 mm)
                        LL4 = Love Larva no. 4 (buatan jepang) (diameter 0,48-0,63 mm)

4.1.2.Perkembangan produksi benih kerapu di hatcheri di Bali
Pembenihan ikan kerapu bebek berhasil dikembangkan di tingkat petani hatchery skala rumah tangga (HSRT).  Pada tahun 1997 hanya satu orang petani yang berminat membenihkan ikan kerapu bebek, dalam 1 tahun hanya 1 siklus yang berhasil dengan jumlah produksi 8500 ekor (saat itu harganya Rp 12.500,- per ekor ukuran 5 cm). Pada tahun 1998 tidak ada petani HSRT yang memproduksi kerapu karena harga nener tinggi (Rp 20,--60,- per ekor). Pada tahun 1999 Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut yang waktu itu bernama Loka Penelitian Perikanan Pantai melalui program ekstensi  membimbing dan memberi telur kerapu bebek cuma-cuma kepada 12 petani HSRT. Pada program ini siklus pertama semua gagal karena saat itu belum ada filter dan dilakukan saat musim penghujan sehingga air lautnya keruh. Kemudian dengan mewajibkan pembuatan filter kepada petani peserta program ini ternyata sebagian besar berhasil memproduksi benih dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 5% walaupun pada tahun 1999 hanya 1 siklus yang berhasil memproduksi benih dengan jumlah produksi benih mencapai 40.000 ekor. Tahun 2000 sudah berkembang dengan baik dan petani mampu membeli telur kerapu bebek dari Loka Gondol dan dari hatcheri swasta dengan harga telur Rp 2,5 per butir. Pada tahun 2000 hampir setiap bulan dapat memproduksi benih kerapu bebek sebanyak  10.000-100.000 ekor benih (ukuran 4-6 cm) per bulan dengan total produksi per tahun mencapai sekitar 500.000 ekor. Pada tahun 2001 sampai pertengahan tahun 2002 produksi benih di petani HSRT berjalan lancar walaupun masih sering terjadi kematian massal benih oleh serangan VNN. Pada tahun ini produksi benih per bulan berkisar antara 50.000 sampai 250.000 ekor benih kerapu bebek, dengan total produksi per tahun mencapai 1.500.000 benih (Gambar 3).

Gambar 3. Produksi benih ikan kerapu bebek di hatcheri skala rumah tangga (HSRT) di Bali dari tahun 1997 sampai tahun 2002.
Produksi benih kerapu macan di tingkat petani berhasil baik sejak tahun 2000; dengan volume produksi benih melebihi produksi benih kerapu bebek. Kadang-kadang terjadi over produksi yang menyebabkan harga merosot. Pada tahun 2001 setiap bulan diproduksi sebanyak 10.000-400.000 ekor dengan total produksi benih per tahun  mencapai 2.000.000 benih (Gambar 4). Pada awal tahun 2001 kegiatan produksi benih berhenti karena sebelumnya petani pernah rugi akibat terlalu lama menahan benih yang tidak terjual. Sebagian besar petani pembenih kerapu macan ingin menjual benihnya saat mencapai ukuran 2 cm karena pada ukuran 2,5-5 cm kanibalisme sangat tinggi, di sisi lain petani KJA menginginkan benih ukuran > 8 cm agar lebih aman di KJA. Pada akhir tahun 2001 sampai sekarang (pertengahan tahun 2002) petani  HSRT kembali bangkit untuk melakukan pembenihan ikan kerapu macan menggunakan sistem pemeliharaan benih ukuran 1,5-5 cm dengan pemberian pakan berupa udang jembret/rebon kecil/ grago dengan jumlah yang berlebih. Saat ini mudah mendapatkan udang jembret karena banyak pedagang yang sengaja mencari jembret di tambak-tambak udang di Jawa Timur (Banyuwangi dan Situbondo). Pekembangan produksi benih kerapu macan dari tahun 2000 sampai 2002 dapat dilihat pada Gambar 4. Pada tahun  (2002) produksi benih kerapu macan di petani HSRT di Bali setiap bulan mencapai 150.000-400.000 dengan total produksi per tahun mencapai 3.000.000 ekor. Jumlah ini akan meningkat bila kebutuhan pasar meningkat pula.
Tingkat kelangsungan hidupnya bervariasi dari 0-40% dengan rata-rata 5% untuk kerapu bebek dan 7% untuk kerapu macan. Kegagalan/kematian massal biasanya terjadi umur 15-50 hari. Kegagalan dalam produksi benih kerapu di Bali sebagian besar terjadi pada puncak musim penghujan. Hal ini karena pada saat ini sulit didapatkan air laut yang jernih dan sulit memproduksi fitoplankton (Nannochloropsis) yang bermutu baik, sehingga larva mudah stress dan mudah terserang VNN (Virus nervous neucrosis) yang berakibat kematian massal.
Gambar 4. Produksi benih ikan kerapu macan di hatcheri skala rumah tangga (HSRT) di Bali dari tahun 2000 sampai tahun 2002.
4.1.3. Pendederan (Pengglondongan)
Lama pendederan benih di bak beton untuk kerapu bebek  dari ukuran 4 cm  (lepas dari hatcheri) menjadi ukuran 10 cm (siap tebar)  berkisar 40-75 hari, dengan kelangsungan hidup 70-95%. Pada kerapu macan pendederan dari ukuran 2 cm (lepas hatcheri) menjadi 7 cm (siap tebar) memerlukan waktu 30-40 hari dan  kelangsungan hidupnya berbeda dengan perbedaan sistem/jenis pakannya. Dengan pemberian pakan pellet kelangsungan hidupnya berkisar 20-40% sedangkan dengan pakan hidup berupa jembret (udang kecil) yang dikombinasikan dengan daging ikan rucah menghasilkan kelangsungan hidup 60-75% karena tingkat kanibalisme dapat ditekan. Hasil pengamatan ukuran pakan yang diberikan, frekuensi pemberian pakan dan lama pemeliharaan pada pendederan kerapu bebek dan kerapu macan di Bali secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ukuran pakan yang diberikan, frekuensi dan lama pemeliharaan pada pendederan kerapu.bebek dan kerapu macan.
Ukuran panjang total benih
Ukuran diameter pakan buatan yang diberikan
Frekuensi pemberian pakan per hari
Lama pemeliharaan (kerapu macan
Lama pemeliharaan
(kerapu bebek)
2 ke 3 cm
1,5-2,0 mm
10 kali
(10-12 hari)
12-16 hari
3 ke 4 cm
2,5-3,0 mm
8 kali
(10-13 hari)
14-17 hari
4 ke 6 cm
3,0-3,5 mm
6 kali
(10-15 hari)
15-20 hari
6 ke 8 cm
3,5-4,0 mm
6 kali
(10-15 hari)
15-20 hari
8 ke10 cm
4,0-4,5 mm
6 kali
(10-15 hari)
15-20 hari


4.2. Pembahasan
4.2.1. Pemeliharaan Larva
Dalam Managemen Pemeliharaan Larva kerapu atau Produksi pembenihan larva kerapu yang saya tinjau dari beberapa balai budidaya seperti Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee Banda Aceh dan Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memiliki penerapan metode, teknik sarana dan perasarana yang sama dalam melakukan kegiatan produksi yang di lakukan dalam kegiatan ini, seperti pembahasan di bawa ini yang di terapkan oleh Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, menyatakan bahwa.
Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupakuning telur.  Pakan ini akan  dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar.
Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml.  Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 - 10  sel/ml.  Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 - 10 ekor/ml plytoplankton 10 - 2.10 sel/ml media.
Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang barumenetas dengan kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml media.  Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media. Disamping itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakanbArtemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari. Skema jenis dan pemberian pakan larve kerapu dapat dilihat pada Gambar 1
Pemberian pakan dengan cincangan daging ikan mulai dicoba pada saat metamorfosa larva sempurna menjadi benih ikan kerapu berkisar atara umur 40-50 hari. Sekema dapat pemberian pakan dapat di lihat pada gambar 1.




















BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1.      Usaha  pembenihan ikan kerapu bebek dan kerapu macan telah berkembang di Bali Utara. Produksi benih dapat berlangsung hampir sepanjang tahun dengan volume produksi per bulan mencapai 50.000 – 250.000 ekor untuk kerapu bebek dan 150.000 – 400.000 ekor untuk kerapu macan
2.      Tingkat kelangsungan hidup benih berkisar 0-40% atau rata-rata mecapai 4%.
3.      Pembenihan dilakukan dengan dua sistem yaitu pemberian pakan alami dan kombinasi pakan alami dengan pakan buatan.

5.2. Saran
1.      Melengkapai sarana yang ada seperti alat – alat pengukur kualitas air.
2.      Perawatan sarana dan prasarana perlu dilakukan secara rutin yang digunakan pada pendederan ikan kerapu bebek.
3.      Menambah pekerja ahli dalam pendederan ikan kerapu bebek agar perawatan ikan dapat maxsimal.
4.      Untuk dapat menambah pengetahuan dan keterampilan pendederan ikan kerapu bebek, dan perlu diadakan pelatihan mengenai teknologi pendederan yang berkembang pada saat ini.













DAFTAR PUSTAKA

Slamet, B., Tridjoko, Agus P., Tony S. dan K. Sugama. 1996. Penyerapam Nutrisi Endogen, Tabiat Makan dan Perkembangan Morphology Larva Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). J. Pen. Perikanan Indonesia, Vol.2 No.2 : 13-21.
Anonimus, "Teknologi Reproduksi Ikan Kerapu (Epinephelus sp)", Riset dan Teknologi Balai Budidaya
                 Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1993.
Sigit Budileksono, " Pembenihan Ikan Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung", Ditjen Perikanan,
                 1995.TTG BUDIDAYA PERIKANAN