PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANGAN
Ikan kerapu merupakan komoditas eksport yang bernilai
ekonomis tinggi di pasar Asia terutama Hongkong dan Singapura. Produksi ikan
kerapu saat ini sebagian besar merupakan hasil dari penangkapan dari alam .
Cara penangkapan ikan kerapu kadang-kadang menggunakan racun potassium sianida
yang dapat merusak karang dan biota di sekitarnya. Beberapa jenis ikan kerapu (Epinephelus spp) telah diujicobakan
pembesarannya di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Hongkong mulai tahun 1979 (Sugama, et al., 1986), namun karena keterbatasaan benih sehingga budidaya
ikan tersebut sulit berkembang.
Usaha penyediaan benih ikan kerapu mulai diteliti
beberapa tahun yang lalu antara lain pada kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina) (Chen, et
al., 1977), E. akaara (Tseng dan
Ho, 1988), kerapu macan E. fuscoguttatus (Mayunar et al., 1991; Slamet, 1993), kerapu bebek Cromileptes altivelis (Slamet et
al., 1996). Di Indonesia kerapu
macan mulai dapat dipijahkan tahun 1987, kerapu bebek mulai tahun 1997,
keberhasilan pemijahan ikan tersebut mulai dicapai tahun 1998.
Perairan Indonesia memiliki lahan pantai yang potensial
seluas 3.385 ha untuk budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung (Anonimous,
1988). Perairan Indonesia memiliki berbagai jenis ikan kerapu dengan nilai
ekonomis tinggi, di antaranya jenis kerapu lumpur (Epinephelus suilus, E. malabaricus), kerapu macan (E. fuscoguttatus), kerapu batu (E. fasciatus), kerapu merah (Chephalopolis sp.), kerapu sunuk (Plectropoma spp.), dan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Letak geografis Indonesia sangat menguntungkan
untuk agribisnis kerapu karena berada pada lintas perdagangan ikan hidup
(Singapura-Hongkong) maupun ikan segar (Singapura-Hongkong-Jepang). Sebagai bagian dari perairan tropis,
Indonesia kaya akan jenis ikan dan beberapa di antaranya merupakan golongan
ikan rucah dengan nilai ekonomis rendah sehingga dapat dieksploitasi untuk
sumber pakan alami bagi pengembangan budidaya ikan laut. Dalam makalah ini akan
dibahas dua jenis ikan kerapu yaitu kerapu bebek (Cromileptes altivelis) dan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus).
Kedua jenis ikan ini mempunyai nilai ekonomis yang paling tinggi dan
pembenihannya sudah berkembang.
1.2. TUJUAN
Tujuan
pembuwatan makah ini antara lainnya adalah sebagai berikut ini:
·
Agar mahasiswa
dapat mengetahui teknik perewatan larva ikan kerapu.
·
Agar mahasiswa dapat mengtahui
tentang biologi ikan kerapu
·
Agar mahasiswa
dapat mengetahui hambatan atau permasalahan dalam manajemen pembenihan
ikan kerapu macan , serta mengetahui cara mengatasi hambatan atau permasalahan
yang terjadi
·
Sebagai pemenuhan syarat pemenuhan
nilai pada mata kulia yang terkait.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Ikan Kerapu Macan(Epinephelus fuscoguttatus)
2.1.1. Klasifikasi Ikan Kerapu Macan(Epinephelus
fuscoguttatus)
Menurut Myers, et.al, (2005), menjelaskan bahwa kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus)
diklasifikasikan sebagai berikut :
Gambar 2.1.
Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus)
Phylum : Chordata,
Sub phylum : Vertebrata,
Class : Osteichtyes,
Sub class : Actinopterigi,
Ordo : Percomorphi,
Sub ordo :Percoidea,
Family : Serranidae,
Sub family : Epinephelinae,
Genus :Epinephelus /Cromileptes
/ Variola/ Plectropomus,
Spesies :(Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu
macan(Epinephelus
fuscoguttatus) atau sering jugadisebut
Groouper dipasarkan dalam keadaan hidup. Golongan ikan
kerapuyang paling banyak adalah golongan Epinepelus sp, namun yang paling banyak di kenal di budidayakan adalah jenis kerapu Lumpur (Epinephelus suillus) dan kerapu macan(Epinephelus
fuscoguttatus).
GolonganEpinephelus memiliki tubuh yang lebih tinggi dari
kerapu Lumpur (Epinephelus
suillus), dengan bintik-bintik yang rapat
dan berwarna gelap,sirip ikan kerapu macan berwarna kemerahan, sedangkan
bagian sirip yanglain berwarna coklat kemerahan Sunyoto Dan Mustahal (2000).
2.1.2. Morfologi Ikan Kerapu Macan(Epinephelus
fuscoguttatus)
Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai bentuk badanyang pipih memanjang dan agak membulat (Direktorat
Jendral SudirmanPerikanan Deperteman Pertanian, 1979). Mulut lebar dan di
dalamnyaterdapat gigi kecil yang runcing (Kordi, 2001). Direktorat
Jendral PerikananDepertemen Pertanian
(1979), menjelaskan bahwa rahan bawah dan atasdilengkapi dengan gigi
yang berderet 2 baris lancip dan kuat.
Kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai jari-jari sirip yang keras pada
sirip punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip
perut 1 buah. Jari-jari sirip yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16
buah,sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan sirip perut 5 buah.
Kerapu
macan(Epinephelus fuscoguttatus) memiliki
warna seperti sawo matang dengantubuh bagian verikal agak putih. Pada permukaan
tubuh terdapat 4-6 pitavertical berwarna gelap serta terdapat noda berwarna
merah seperti warnasawo (Kordi 2001).
2.1.3. Habitat dan Penyebaran
Menurut
Heamstra dan ramdall (1993, cit. Anonim 2001), ikan kerapumacan (Epinephelus
fuscoguttatus) merupakan kelompok yang
hidup didasar perairan berbatu dengan kedalaman 60 meter dan daerah
dangkal yang mengandung koral. Selama siklus hidupnya memiliki habitat yang
berbeda- beda pada setiap fasenya, ikan
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mampu
hidup di daerah dengan kedalaman 0.5-3 meter pada area padanglamun, selanjutnya
menginjak dewasa akan berpinda ke tempat yang lebihdalam lagi, dan perpindahan
ikan berlansung pada pagi hari atau menjalansenja (Anonim, 2001).
Menurut Tampu Bolon dan Mulyadi (1989) cit.Anonim (2001) menjelaskanbahwa telur dan larva ikan kerapu macan
bersifat
pelagis sedangkan ikan kerapu muda hingga dewasa bersifatdomersal.
ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat nokturnal, dimana pada siang
hari lebih banyak bersembunyi pada liang-liang karangdan akan
beraktifitas pada malam hari unuk mencari makanan.Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) tersebar merata darilaut
pasifik hingga ke laut merah tetapi lebih dikenal berasal dari teluk
persi,Hawai, atau Pholynesia. Ikan
kerapu macan terdapat hampir semua perairan pulau
tropis Hindia dan samudra pasifik barat dari pantai timur Afrikasampai
dengan Mozambika, selain itu juga ditemukan di Madagakar Dll
2.1.4. Cara Makan dan Jenis Makanan
Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscogutttus) merupakan hewankarnifora yang memansa ikan-ikan kecil, kepiting,
dan udang-udangan,sedangkan larva
merupakan memansa larva moluska. ikan kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus)
bersifat
karnifora dan cenderungmenangkap/memansa yang aktif
bergerak di dalam kolam air (Nybakken,1988 Cit.
Anonim, 2001), ikan kerapu macan juga bersifat kanibal.Biasanya mulai terjadi saat larfa kerapu berumur 30 hari, dimana pada saatitu larva
cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi.Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
mencari makan hinggamenyergap mangsa dari
tempat persembunyiannya (Anonim, 1991 cit.Anonim,2001). dengan cara makannya
dengan memakang satu per satumakanan yang diberikan sebelum makan
tersebut sampai ke dasar (Anonim,1996 ).
2.1.5. Siklus Reproduksi dan Perkembangan
GonadIkan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat HermaproditProtogini, yaitu
perubahan kelamin dari betina dan menjelang dewasa akan berubah menjadi jantan Sunyoto dan Mustahal (2000). ikan kerapu
mulaisuklus reproduksinya sebagai ikan betina, kemudian akan berubah
menjadiikan jantan yang berfungsi masa
interseks dan masa terakhir masa jantan(Afenddy,
1997). Ketika ikan kerapu masih muda (juvenile),
gonadnyamempunyai daerah ovarium dan daerah
testis. Jaringan ovari kemudianmengisih sebagian gonad dan setelah jaringan
ovari berfungsi mampumenhasilkan
telur, Kemudian akan terjadi transisi di mana testisnya akanmembesar dan ovarinya mengurut.
Ikan kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus) yang sudah tua umumnya ovarium sudah teroduksi
sekalisehingga sebagian besar dari gonad terisi oleh jaringan lain. Fase
produksi pada induk betina di capai
pada panjang tubuh antara 45-50 cm dengan berat 3-10 kg dan umur kurang
lebih 5 tahun, selanjutnya menjadi jantanyang matang gonad pada ukuran minimal
74 cm dengan berat kurang lebih11 kg.
2.1.6. Hama dan Penyakit
1. Hama
Menurut Kordi, (2002) mengatakan bahwa hama merupakanorganisme
yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan budidaya didalam kolam.hama pada budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) ada 3
macam yaitu : predator dan kompotitor.
2.
Penyakit
Penyakit
yang sering di menyerang ikan kerapu ada dua macamyaitu penyakit infeksi adalah
penyakit yang dapat mengingfeksi ikankerapu yaitu berupa jamur, bakteri maupun
virus. Sedangkan yang kedua yaitu penyakit
non infeksi adalah penyakit pada ikan kerapuyang di sebabkan oleh tidak sesuaiannya media pemeliharaan ikankerapu
yang ada di tambak dengan kondisi aslinya di alam sehinggamenyabakan iksnkerapu
tersebut dapat
2.2.
Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)
2.2.1. Klasifikasi Ikan
Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis )
Gambar
1. Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)
Menurut
akbar (2009), Ikan kerapu bebek adalah jenis ikan karang yang hanya hidup dan
tumbuh cepat di daerah tropis, Ciri khasnya terletak pada bentuk moncong yang
menyerupai bebek sehingga disebut kerapu bebek.
Adapun
klasifikasi adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichyes
Subclass : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Family : Serranidae
Subfamili : Epinephihelinae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromileptes altivelis
Menurut
akbar (2002)menyebutkan bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk
cembung (Concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari panjang spesifik
sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan ini tidak mempunyai gigi
canine (gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang hidung hidung besar
berbentuk bulan sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu kehijauan dengan
bintik-bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada kerapu bebek muda,
bintik hitamnya lebih besar dan sedikit.
2.2.2. Penyebaran dan Habitat
Ikan
kerapu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut Merah, tetapi
lebih terkenal dari teluk Persi, Hawai, atau Polinesia dan hampir seluruh
perairan pulau tropis Hindia dan Samudera Pasifik Barat dari Pantai Timur
Afrika sampai dengan Mozambika. Di Indonesia ikan kerapu bebek banyak didapati
di daerah perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru dan A mbon dengan salah satu indikator
adanya kerapu di daerah berkarang . Kerapu berkembang baik pada terumbu karang
hidup maupun mati atau perairan karang berdebu dan tide pools .Dalam siklus
hidup, kerapu bebek muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 3-5 m
dan kerapu dewasa hidup pada kedalaman 40 – 60 m .Parameter ekologis yang cocok
untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada kisaran suhu 24 – 31°C, salinitas
antara 30 – 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH
antara 7,8 – 8,0 .(Departemen pertanian, Direktorat jenderal perikanan 1999)
Effendi,
2002 menyampaikan bahwa ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe
hermaprodit protogini, yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang
gonad), proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan
atau dapat dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan
betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. mengatakan fenomena perubahan
jenis kelamin pada ikan kerapu bebek sangat erat hubungannya dengan aktivitas
pemijahan umur ikan, indeks matang kelamin dan ukuran tubuh. Induk kerapu bebek yang ditangkap di alam
memiliki ukuran kecil dan pada umumnya berjenis kelamin betina. Induk ikan akan mengalami pematangan kelamin
sepanjang tahun.
2.2.3. Siklus Reproduksi
Kerapu
bebek bersifat hermaprodit protogini, yaitu pada perkembangan mencapai dewasa
(matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah menjadi jantan apabila
tumbuh menjadi lebih besar atau
bertambah tua umurnya, fenomena ini berkaitan erat dengan aktivitas pemijahan,
umur, indeks kelamin, dan ukuran. Kerapu matang gonad pada ukuran panjang 38 cm
.Umumnya kerapu bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah akan bergerombol
musim pemijahan ikan kerapu terjadi pada Bulan Juni – September dan Nopember –
Februari terutama pada perairan kepulauan Riau, Karimun, Jawa dan Irian Jaya.
Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu menempati struktur tropik teratas
dalam piramida rantai makanan salah satu sifat buruk dari ikan kerapu adalah
sifat kanibal tapi pada kerapu bebek sifat kanibalis tidak seburuk pada kerapu
macan dan kerapu lumpur.( Tampubulon dan Mulyadi, 1989)
Ikan
kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu pada
tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses diferensiasi
gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan ikan
kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah
menjadi ikan jantan. (Effendi, 2002)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi, sistem
pemeliharaan, kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih kerapu di hatchery skala rumah tangga dan pendederan kerapu
di Bali. Pengamatan dilakukan terhadap 2
jenis kerapu kerapu yaitu kerapu bebek dan kerapu macan. Kedua jenis ini
mempunyai nilai ekonomis yang paling tinggi. Methoda pengamatan dengan
melakukan monitoring seminggu sekali terhadap sistem pemeliharaan, perkembangan
dan kelangsungan hidup benih, volume produsi, mortalitas dan penyakit. Lama pengamatan 2 tahun yaitu dari tahun 2001 sampai
2002.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
4.1.1.Managemen
Pemeliharaan Larva
Hasil pengamatan sistem manajemen pemeliharaan larva ikan
kerapu pada 52 hatchery skala rumah tangga di Bali Utara, secara umum
digolongkan menjadi 2 sistem :
1.
Sistem
pemberian pakan hanya dengan pakan hidup (pakan alami) yang disebut sistem 1 (Gambar 2).
2.
Sistem
pemberian pakan dengan kombinasi pakan hidup (pakan alami) dan buatan (mikro pellet) yang disebut sistem 2
(Gambar 2).
Pada pemeliharaan larva kerapu bebek biasanya banyak
menggunakan sistem (1), sedangkan pada kerapu macan lebih banyak menggukanan
sistem (2). Hal ini disebabkan larva kerapu macan mempunyai sifat kanibalisme
yang lebih kuat dibanding kerapu bebek. Sistem (2) dapat menekan kanibalisme kerapu macan. Dari
hal tersebut, petani lebih tertarik melihara larva kerapu bebek dibanding
kerapu macan disamping sistem (2) memerlukan kerja yang ekstra keras dan biaya
tinggi untuk penyediaan udang jembret sebagai pakan. Karena keterbatasan
produksi telur kerapu bebek dan harganya lebih mahal (Rp 2,5/ butir) dan
mudahnya untuk membeli telur kerapu macan
dan lebih murah (Rp 1,0/ butir) maka petani memilih memelihara larva kerapu macan
walaupun harus bekerja ekstra keras.
Pakan
dan
pergantian air
|
Umur larva (hari
setelah menetas)
0
3
6 9 12
15 18 21
24 27 30
33 36 39
42 45 48
51 54
|
Nanno
chloropsis
Rotifer
Artemia
Copepoda
Jembret
Daging ikan
yang digiling
Pergantian air
|
==============
=============================
==============================
=============================
========================
==========
0% 10-20% 25-30% 35-40% 45-100%
======== ======= ========= ============ ==================
|
Gambar 1. Skema pemberian
pakan dan pergantian air pada
pemeliharaan larva kerapu pada system dengan pakan alami.
Pakan
dan
pergantian air
|
Hari setelah menetas
0
3
6 9 12
15 18 21
24 27 30
33 36 39
42 45 48
51 54
|
Nanno
chloropsis
Rotifer
Artemia
Mikro pellet
Pergantian air
|
==============
=============================
=======================
140-410 um (LL2) 315-580
(LL3) 479-800 (LL4)
================ ========== =============
10-20% 20-80% 100-300% 300-400% 400-500%
====== ==========
========== =========== ===========
|
Gambar 2. Skema pemberian pakan dan pergantian air
pada pemeliharaan larva kerapu pada system dengan campuran pakan alami dan
buatan (mikro pellet).
Keterangan : LL2 = Love Larva no. 2 (buatan jepang)
(diameter 0,20-0,31 mm)
LL3
= Love Larva no. 3 (buatan jepang) (diameter 0,31-0,48 mm)
LL4
= Love Larva no. 4 (buatan jepang) (diameter 0,48-0,63 mm)
4.1.2.Perkembangan
produksi benih kerapu di hatcheri di Bali
Pembenihan ikan kerapu bebek berhasil dikembangkan di
tingkat petani hatchery skala rumah tangga (HSRT). Pada tahun 1997 hanya satu orang petani yang
berminat membenihkan ikan kerapu bebek, dalam 1 tahun hanya 1 siklus yang
berhasil dengan jumlah produksi 8500 ekor (saat itu harganya Rp 12.500,- per
ekor ukuran 5 cm). Pada tahun 1998 tidak ada petani HSRT yang memproduksi
kerapu karena harga nener tinggi (Rp 20,--60,- per ekor). Pada tahun 1999 Balai
Besar Riset Perikanan Budidaya Laut yang waktu itu bernama Loka Penelitian
Perikanan Pantai melalui program ekstensi
membimbing dan memberi telur kerapu bebek cuma-cuma kepada 12 petani
HSRT. Pada program ini siklus pertama semua gagal karena saat itu belum ada
filter dan dilakukan saat musim penghujan sehingga air lautnya keruh. Kemudian
dengan mewajibkan pembuatan filter kepada petani peserta program ini ternyata
sebagian besar berhasil memproduksi benih dengan tingkat kelangsungan hidup
mencapai 5% walaupun pada tahun 1999 hanya 1 siklus yang berhasil memproduksi
benih dengan jumlah produksi benih mencapai 40.000 ekor. Tahun 2000 sudah
berkembang dengan baik dan petani mampu membeli telur kerapu bebek dari Loka
Gondol dan dari hatcheri swasta dengan harga telur Rp 2,5 per butir. Pada tahun
2000 hampir setiap bulan dapat memproduksi benih kerapu bebek sebanyak 10.000-100.000 ekor benih (ukuran 4-6 cm) per
bulan dengan total produksi per tahun mencapai sekitar 500.000 ekor. Pada tahun
2001 sampai pertengahan tahun 2002 produksi benih di petani HSRT berjalan
lancar walaupun masih sering terjadi kematian massal benih oleh serangan VNN.
Pada tahun ini produksi benih per bulan berkisar antara 50.000 sampai 250.000
ekor benih kerapu bebek, dengan total produksi per tahun mencapai 1.500.000
benih (Gambar 3).
Produksi
benih kerapu macan di tingkat petani berhasil baik sejak tahun 2000; dengan
volume produksi benih melebihi produksi benih kerapu bebek. Kadang-kadang
terjadi over produksi yang menyebabkan harga merosot. Pada tahun 2001 setiap bulan diproduksi sebanyak
10.000-400.000 ekor dengan total produksi benih per tahun mencapai 2.000.000 benih (Gambar 4). Pada
awal tahun 2001 kegiatan produksi benih berhenti karena sebelumnya petani
pernah rugi akibat terlalu lama menahan benih yang tidak terjual. Sebagian
besar petani pembenih kerapu macan ingin menjual benihnya saat mencapai ukuran
2 cm karena pada ukuran 2,5-5 cm kanibalisme sangat tinggi, di sisi lain petani
KJA menginginkan benih ukuran > 8 cm agar lebih aman di KJA. Pada akhir
tahun 2001 sampai sekarang (pertengahan tahun 2002) petani HSRT kembali bangkit untuk melakukan
pembenihan ikan kerapu macan menggunakan sistem pemeliharaan benih ukuran 1,5-5
cm dengan pemberian pakan berupa udang jembret/rebon kecil/ grago dengan jumlah
yang berlebih. Saat ini mudah mendapatkan udang jembret karena banyak pedagang
yang sengaja mencari jembret di tambak-tambak udang di Jawa Timur (Banyuwangi
dan Situbondo). Pekembangan produksi benih kerapu macan dari tahun 2000 sampai
2002 dapat dilihat pada Gambar 4. Pada tahun
(2002) produksi benih kerapu macan di petani HSRT di Bali setiap bulan
mencapai 150.000-400.000 dengan total produksi per tahun mencapai 3.000.000
ekor. Jumlah ini akan meningkat bila kebutuhan pasar meningkat pula.
Tingkat kelangsungan hidupnya bervariasi dari 0-40%
dengan rata-rata 5% untuk kerapu bebek dan 7% untuk kerapu macan.
Kegagalan/kematian massal biasanya terjadi umur 15-50 hari. Kegagalan dalam
produksi benih kerapu di Bali sebagian besar terjadi pada puncak musim
penghujan. Hal ini karena pada saat ini sulit didapatkan air laut yang jernih
dan sulit memproduksi fitoplankton (Nannochloropsis) yang bermutu baik,
sehingga larva mudah stress dan mudah terserang VNN (Virus nervous neucrosis)
yang berakibat kematian massal.
4.1.3.
Pendederan (Pengglondongan)
Lama
pendederan benih di bak beton untuk kerapu bebek dari ukuran 4 cm (lepas dari hatcheri) menjadi ukuran 10 cm
(siap tebar) berkisar 40-75 hari, dengan
kelangsungan hidup 70-95%. Pada kerapu macan pendederan dari ukuran 2 cm (lepas
hatcheri) menjadi 7 cm (siap tebar) memerlukan waktu 30-40 hari dan kelangsungan hidupnya berbeda dengan
perbedaan sistem/jenis pakannya. Dengan pemberian pakan pellet kelangsungan
hidupnya berkisar 20-40% sedangkan dengan pakan hidup berupa jembret (udang
kecil) yang dikombinasikan dengan daging ikan rucah menghasilkan kelangsungan
hidup 60-75% karena tingkat kanibalisme dapat ditekan. Hasil pengamatan ukuran
pakan yang diberikan, frekuensi pemberian pakan dan lama pemeliharaan pada
pendederan kerapu bebek dan kerapu macan di Bali secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Ukuran pakan yang diberikan, frekuensi dan
lama pemeliharaan pada pendederan kerapu.bebek dan kerapu macan.
Ukuran panjang total
benih
|
Ukuran diameter pakan buatan yang diberikan
|
Frekuensi pemberian pakan per hari
|
Lama pemeliharaan
(kerapu macan
|
Lama pemeliharaan
(kerapu bebek)
|
2 ke 3 cm
|
1,5-2,0
mm
|
10
kali
|
(10-12
hari)
|
12-16
hari
|
3 ke 4 cm
|
2,5-3,0
mm
|
8
kali
|
(10-13
hari)
|
14-17
hari
|
4 ke 6 cm
|
3,0-3,5
mm
|
6
kali
|
(10-15
hari)
|
15-20
hari
|
6 ke 8 cm
|
3,5-4,0
mm
|
6
kali
|
(10-15
hari)
|
15-20
hari
|
8 ke10 cm
|
4,0-4,5
mm
|
6
kali
|
(10-15
hari)
|
15-20
hari
|
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Pemeliharaan Larva
Dalam
Managemen Pemeliharaan Larva
kerapu atau Produksi pembenihan larva kerapu yang saya tinjau dari beberapa
balai budidaya seperti Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee Banda Aceh
dan Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi memiliki penerapan metode, teknik sarana dan
perasarana yang sama dalam melakukan kegiatan produksi yang di lakukan dalam
kegiatan ini, seperti pembahasan di bawa ini yang di terapkan oleh Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, menyatakan bahwa.
Larva
kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupakuning telur. Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah
menetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar.
Umur
3 hari (D3) kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari
luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton
chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 - 10
sel/ml. Pemberian pakan ini
sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hingga
mencapai kepadatan 5 - 10 ekor/ml plytoplankton 10 - 2.10 sel/ml media.
Pada
hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang barumenetas dengan
kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml media.
Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25
hari (D25) dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media. Disamping
itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakanbArtemia yang telah
berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari
Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva
berumur 50 hari. Skema jenis dan pemberian pakan larve kerapu dapat dilihat
pada Gambar 1
Pemberian
pakan dengan cincangan daging ikan mulai dicoba pada saat metamorfosa larva
sempurna menjadi benih ikan kerapu berkisar atara umur 40-50 hari. Sekema dapat
pemberian pakan dapat di lihat pada gambar 1.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Usaha pembenihan ikan kerapu bebek dan kerapu macan
telah berkembang di Bali Utara. Produksi benih dapat berlangsung hampir
sepanjang tahun dengan volume produksi per bulan mencapai 50.000 – 250.000 ekor
untuk kerapu bebek dan 150.000 – 400.000 ekor untuk kerapu macan
2. Tingkat
kelangsungan hidup benih berkisar 0-40% atau rata-rata mecapai 4%.
3. Pembenihan
dilakukan dengan dua sistem yaitu pemberian pakan alami dan kombinasi pakan
alami dengan pakan buatan.
5.2.
Saran
1.
Melengkapai sarana yang ada seperti alat – alat
pengukur kualitas air.
2.
Perawatan sarana dan prasarana perlu dilakukan secara
rutin yang digunakan pada pendederan ikan kerapu bebek.
3.
Menambah pekerja ahli dalam pendederan ikan kerapu
bebek agar perawatan ikan dapat maxsimal.
4.
Untuk dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
pendederan ikan kerapu bebek, dan perlu diadakan pelatihan mengenai teknologi
pendederan yang berkembang pada saat ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Slamet, B., Tridjoko, Agus P., Tony S. dan K. Sugama.
1996. Penyerapam Nutrisi Endogen, Tabiat Makan dan Perkembangan Morphology
Larva Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis).
J. Pen. Perikanan Indonesia, Vol.2 No.2 : 13-21.
Anonimus, "Teknologi Reproduksi Ikan
Kerapu (Epinephelus sp)", Riset dan Teknologi Balai Budidaya
Laut Lampung, Ditjen
Perikanan, 1993.
Sigit Budileksono, " Pembenihan Ikan
Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung", Ditjen Perikanan,
1995.TTG BUDIDAYA PERIKANAN